Langsung ke konten utama

Puisi-Puisi Putry Babys


Natal Pung Kerja Te
 (Gara-Gara Natal)

Semut asyik merampas makanan
Manusia sibuk dalam antrian di toko
Harum kue kering menembus atap rumah
Inilah Natal kita:
Lampu aneka warna berkelap-kelip di jalanan
Dan rumah-rumah
Jutaan bunyi petasan memecah kesunyian
Langit berhiaskan kembang api
Kabut di sepanjang jalan
Pakaian lama dibuang
Orang-orang di pasar berteriak
“Buka baru, buka baru. Terlambat sonde dapat.”
Rambut cacing dan rambut mie jadi air terjun
Alis mata gundul digaris sebatang kayu
Kelopak mata berwarna-warni
Pipi merah terang
Sepatu lima belas senti
Dasar manusia!


















Pengakuan

Kami berbicara di sebuah sudut ruangan
Ia memakai jubah putih lengkap dengan stola berwarna ungu
Ketika kami selesai berbicara
Aku pulang dengan tubuh yang ringan
Aku merasa kakiku telah tiada
           
2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng dari Kap Na’m To Fena

The Horse Sketch by Angel Ciesniarska Oleh Dino Sesfaot Di masa lalu aku dan beberapa saudaraku tiba-tiba saja muncul dari gua yang sangat gelap, dalam dan dingin. Kami keluar dengan tubuh telanjang dan ingatan yang sudah bekerja dengan sangat baik. Yang kuingat, akulah manusia pertama yang keluar dari lubang hitam itu. Seseorang telah memuntahkan kami ke tempat ini dan kami tidak ingat apa-apa lagi tentang masa lalu di dalam gua. Kami hanya ingat ketika keluar dari lubang yang terasa lengket dan berair itu, kami merasa sudah sangat besar dan malu. Segeralah kami membuat pakaian sementara dari kulit kayu dan dedaunan segar. Aku lupa menghitung jumlah saudara-saudaraku. Sebab ketika lahir dari lubang itu beberapa di antara kami sudah langsung berpencar entah ke mana. Mereka yang pergi dan berenang bersama para buaya menuju ke pulau-pulau lain. Sementara manusia lain yang memilih tinggal, termasuk aku, mulai melakukan kerjasama untuk bertahan hidup. Dua bulan sekali mun

Liko

copyright joel gendron  Oleh Putry Babys Pada waktu aku masih kecil, nenek dari pihak ayah pernah bercerita padaku tentang hal ini: entah tahun berapa, terlalu lama sekali hiduplah seorang kakek tua bernama Mesakh yang tinggal di kampung bernama Sakteo. Ia memelihara ular liuksaen ( python timoriensis) di sebuah gua dekat rumahnya. Setiap hari ia pergi untuk mengantar makanan. Karena ular itu ia disebut-sebut sangat kaya raya. Ia seorang petani. Ia memang pekerja keras namun dari mana datangnya kekayaan yang melimpah ruah itu? Orang-orang saling berbisik, kekayaan itu datangnya dari liuksaen. Kakek Mesakh punya ratusan ekor sapi dan babi. Jumlah ayam yang tak terhitung banyaknya. Rumah pun seperti istana. Setiap kali orang mengundangnya untuk datang ke pesta pernikahan atau acara adat lainnya, ia akan datang tidak dengan tangan kosong. Ia menarik serta sapi dan babi sebagai hadiah untuk tuan pesta. Kabar tentang kakek Mesakh sampai juga ke telinga bupati. Aku lupa nama

Puisi-Puisi Peserta Workshop "Anak di Antara Mata Air, Hutan dan Batu"

Yoseph Alfredo Sesfaot Cerita Batu aku adalah ciptaan Tuhan aku diciptakan beraneka macam aku juga bermanfaat bagi makhluk hidup aku adalah batu bongkahan, pecahan, dan masih banyak lagi aku juga terkesan menarik aku juga banyak dibutuhkan tapi terkadang aku juga dicampakkan aku disia-siakan manusia dan lebih sadis lagi, teknologi merusak aku aku bisa bersatu, tapi aku juga bisa dipisahkan hatiku sedih hatiku remuk redam kejamnya dunia fana ini aku bagai anak yang kehilangan ibu dan saudara-saudaraku   *** Maria Apriyani Bessy Tubuhku Batu Mataku pernah lupa pada cahaya matahari Sebab gunung-gunung telah menutupi kesedihanku Tulang tubuhku bahkan tak tahu apa itu amarah Tubuhku batu Yang merasa tak mampu lagi melanjutkan hidupnya Tubuhku batu yang berserakan di halaman rumahmu Aku takut, gunung-gunung akan pergi Dan melupakanku *** Findy Lengga Pohon Aku membuahi seribu anak-anak Yang mungil dan berwarna merah Aku tak pernah dikhian