Mereka menari seirama bonet
Orang-orang yang menyemburkan aneka pantun
Laki-laki memakai selimut tenun
Lantunkan lagu demi hati riang
Oh orang Mollo, orang berbudaya
Orang-orang yang menyemburkan aneka pantun
Laki-laki memakai selimut tenun
Lantunkan lagu demi hati riang
Oh orang Mollo, orang berbudaya
Air
Mata Hujan Batu
Air mata hujan menyusu batu-batu di sekeliling pusara ibu
Bukit terbesar akhirnya tenggelam karena kesedihan
Dari cekungan paling rahasia
Sunbanu menari giring-giring di dinding bukit batu
Gunung-gunung kemudian menjadi sakit karena bebunyian itu
Siapa menyangka
Tafuilah yang menjadi hutan pelindung bagi semua
Yang bernama maupun tidak
Air mata hujan di dinding bukit batu
Air
Mata
Hujan
Batu
Bukit terbesar akhirnya tenggelam karena kesedihan
Dari cekungan paling rahasia
Sunbanu menari giring-giring di dinding bukit batu
Gunung-gunung kemudian menjadi sakit karena bebunyian itu
Siapa menyangka
Tafuilah yang menjadi hutan pelindung bagi semua
Yang bernama maupun tidak
Air mata hujan di dinding bukit batu
Air
Mata
Hujan
Batu
Laob
Sang Pandai Besi
Ada kisah suku Bijoba bersembunyi di balik bebatuan
Lalu bergabunglah Kase, orang asing teman meratap
Segala musuh disingkirkan
Senjatanya adalah kata-kata
Kase sang pandai besi
Kase yang merasa hebat
Kase yang menganggap dirinya manusia pertama
Kase Laos
Kase dari Laob
Laob sang pandai besi
Lalu bergabunglah Kase, orang asing teman meratap
Segala musuh disingkirkan
Senjatanya adalah kata-kata
Kase sang pandai besi
Kase yang merasa hebat
Kase yang menganggap dirinya manusia pertama
Kase Laos
Kase dari Laob
Laob sang pandai besi
Puisi-Puisi Felichia F Lengga
Takut
Mata terbelalak menyaksikan adegan horor
Kubelit ujung rambut yang terurai dengan tali
Terburu-buru
Seperti tuts piano yang berlarian
Tersengal-sengal di batang leher
Seseorang tersenyum licik ke arahku
Mungkin tandanya pelampiasan
Aku bingung
Ingin kuberlari ke timur
Sambil membungkus tubuh dengan berbagai pertanyaan
Mengapa ketakutan ini ada?
Mengapa aku takut pada hal-hal yang menyeramkan?
Rambutku terlepas lagi
Kubelit ujung rambut yang terurai dengan tali
Terburu-buru
Seperti tuts piano yang berlarian
Tersengal-sengal di batang leher
Seseorang tersenyum licik ke arahku
Mungkin tandanya pelampiasan
Aku bingung
Ingin kuberlari ke timur
Sambil membungkus tubuh dengan berbagai pertanyaan
Mengapa ketakutan ini ada?
Mengapa aku takut pada hal-hal yang menyeramkan?
Rambutku terlepas lagi
Hening
Cemburu yang membara
Jadi biru
Rumah
Dan rasa kosong menjalar di hati
Mancung
Segala rindu di hidung
Hening
Segalanya tersiksa di hati
Timor
Teriakan tambur merasuk ke telingan hawa
Tungku sedang menyalakan tanda bahaya
Indah dalam iringan suara bonet
Menenun tais cendana merah
Orang-orang kesurupan sambil bersiul
Raihlah hati dan senyum atoin meto
Jadi biru
Rumah
Dan rasa kosong menjalar di hati
Mancung
Segala rindu di hidung
Hening
Segalanya tersiksa di hati
Timor
Teriakan tambur merasuk ke telingan hawa
Tungku sedang menyalakan tanda bahaya
Indah dalam iringan suara bonet
Menenun tais cendana merah
Orang-orang kesurupan sambil bersiul
Raihlah hati dan senyum atoin meto
Sonbai
Ada
seorang raja yang dipercaya melahirkan sayap-sayap damai
Terbang menggunakan senyum
Jatuh ke bumi, menumbuhkan anak-anak perdamaian
Di sana, di hamparan bukit kering
Terang menjadi nama yang dihormati
Pakailah segala pakaian yang berwarna emas
Pergilah selagi embun pagi belum kering
Kusebut kau Sonbai
Terbang menggunakan senyum
Jatuh ke bumi, menumbuhkan anak-anak perdamaian
Di sana, di hamparan bukit kering
Terang menjadi nama yang dihormati
Pakailah segala pakaian yang berwarna emas
Pergilah selagi embun pagi belum kering
Kusebut kau Sonbai
Puisi
Sersi Lani Nitbani
Mutis
Februari memandikan surya emas
Udang-udang bersembunyi di dalam batu gelap
Di mulut seribu sungai
Tiupan suling memancing kemarahan roh batu
Mengapa ikatan batin
Tak lagi mampu menyatukan semua makhluk Tuhan?
Suara itu bergetar menerobos urat nadi hutan ampupu
Berhenti berdetak seketika
Mutis
Udang-udang bersembunyi di dalam batu gelap
Di mulut seribu sungai
Tiupan suling memancing kemarahan roh batu
Mengapa ikatan batin
Tak lagi mampu menyatukan semua makhluk Tuhan?
Suara itu bergetar menerobos urat nadi hutan ampupu
Berhenti berdetak seketika
Mutis
(2018)
Puisi
Angela Nahak
Atoin Meto
Atoin Meto
Ritus-ritus
yang kami lakukan
Tak pernah mengeringkan air
Semua marga melakukannya dengan senyum
Tak ada ketakutan
Noel mengalir jauh ke dalam kain-kain tenun
Kulit rambut dan tangisan penguasa langit
Cukuplah namanya saja manusia kering
Alam jangan
(2018)
Tak pernah mengeringkan air
Semua marga melakukannya dengan senyum
Tak ada ketakutan
Noel mengalir jauh ke dalam kain-kain tenun
Kulit rambut dan tangisan penguasa langit
Cukuplah namanya saja manusia kering
Alam jangan
(2018)
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Puisi-Puisi Siswa SMPK St. Yoseph Freinademetz Kapan, http://kupang.tribunnews.com/2018/12/24/puisi-puisi-siswa-smpk-st-yoseph-freinademetz-kapan.
Komentar
Posting Komentar