istockphoto.com Oleh Rafael Rahaq Wutun Pada suatu masa di Me’o hiduplah seorang kakek tua bersama istrinya. Namanya kakek itu Oe. Nama yang sangat pendek. Sehari-hari mereka menggembalakan ternaknya ke atas perbukitan yang hijau di antara Netpala dan Ajaobaki. Saat petang ia dan istrinya akan menggiring kawanan ternaknya kembali ke kandang dekat rumah. Pekerjaan itu mereka lakukan setiap hari dengan sukacita. Namanya Oe, ia tidak susah air. Ketika musim kemarau, sapi-sapinya tidak pernah kehausan. Dengan mengusap permukaan rumput, air jernih akan keluar. Ketika ia pergi, tempat itu kering kembali. Oe artinya air. Istrinya lebih rapuh. Dalam perjalanan ke padang yang lebih jauh, ia terjatuh dan mulai sakit-sakitan. Hati kakek Oe menjadi semakin sedih ketika akhirnya sang istri meninggal dunia. Ia menjadi suka melamun dan tidak semangat bekerja. Kakek Oe mulai sering bicara sendiri. Saat di padang, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Hari masih siang dan matahar
Kelas Menulis Kreatif / Teater / Musik / Tenun / Pramuka / Akademik / Olahraga